27 Juli 2009

TOBAT NASIONAL

Wonosobo, 26 Juli 2009

TOBAT NASIONAL

Sudah sejak lama sebenarnya penulis merenungkan sebuah fenomena yang kalau boleh dibilang aneh tapi nyata. Kenapa aneh karena hal tersebut terjadi di dalam dunia pendidikan, yang seharusnya hal tersebut jauh dari terjadi.

Kecurangan yang sistematis dan terencana dalam pelaksanaan ujian nasional di sekolah, itulah fenomena yang mau penulis curhatkan. Sudah banyak pembicaraan dan berita serta opini berkaitan dengan persoalan ini. Pertanyaannya adalah kenapa hal itu bisa terjadi dan mengapa justru orang-orang yang paham betul masalah pendidikan berada di balik layar atau bahkan sebagai pelakunya? Tentu banyak versi untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Kini yang paling penting bukanlah mendiskusikan panjang lebar kenapa dan mengapanya, tetapi penulis mengajak kepada semua dan seluruh pihak yang terlibat dan merasa terlibat dengan kecurangan-kecurangan semacam itu untuk segera menyadari betul dan bertobat . Menyadari bahwa perbuatan itu yang sekilas nampaknnya membantu siswa agar lulus ujian nasional, sebenarnya justru sebaliknya, artinya perbuatan itu tidaklah membantu tetapi justru menjerumuskan para siswa kepada masa depan mereka yang penuh kebohongan intelektual. Kebohongan yang bakal mereka bawa sampai akhir hayat mereka, bahkan akan menurun pada keturunan mereka ke berapapun, sampai dunia kiyamat. Dan apabila tidak ada pertobatan nasional, niscaya keterpurukan dan laknat Allah yang bakalan menimpa anak-anak bangsa ini yang kemungkinan mereka belum menyadari. Jangan sampai terjadi.

Istilah tobat nasional ini penulis terima ketika mengikuti Bintek Manajemen Sekolah bagi SMP/MTs di Semarang pada pertengahan Juli ini, yang disampaikan salah seorang nara sumber. Pada saat itulah sebenarnya penulis dalam hati kecil ingin mengusulkan dalam forum ilmiah tersebut, meskipun forum tersebut bukan skala nasional, diadakan ‘launching’ tobat nasional tentang kecurangan-kecurangan yang disengaja dalam pelaksanaan ujian nasional di sekolah. Namun keinginan tersebut penulis tahan, karena memang penulis belum paham benar kondisi sekolah-sekolah yang lain yang kebetulan ikut dalam forum tersebut. Jangan-jangan yang terjadi kemudian adalah bumerang, atau senjata makan tuan.

Apapun itu, yang jelas kita harus segera menghentikan dan berjanji, bahkan bersumpah tidak akan mengulangi kecurangan-kecurangan pelaksanaan ujian nasional, meskipun dengan dalih membantu kelulusan anak didik kita. Modus-modus seperti penyusunan daftar nominasi peserta ujian nasional yang direkayasa, pembocoran soal ujian, pesan agar para siswa saling ‘warah-warahan’, bahkan sampai yang paling tragis dan sadis pemberian kunci jawaban dengan cara apapun, harus segera diakhiri, meskipun hal tersebut atas ‘dhawuh’ sang kepala sekolah, kepala dinas, bahkan ‘kanjeng bupati’.

Bukankah tujuan mulia pendidikan kita adalah membentuk watak anak didik yang jujur dan bertanggungjawab, sudah semestinya kita sebagai pendidik harus selalu berusaha menginternalisasi nilai-nilai kejujuran pada anak didik kita. Kita sekali lagi jangan terjebak dengan kenikmatan sesaat, atau jangan terjebak dengan ‘rayuan politik’ para penguasa yang mungkin dengan cara apapun silahkan yang penting target kelulusan tercapai.

Untuk itu, marilah kita bersama, antara para pendidik, para siswa, para orang tua, komite sekolah dan masyarakat dan semua pihak yang peduli dengan pendidikan, segera melakukan tobat nasional, memukul ‘genderang perang’ mengawal moral sebagai panglima, agar semua anak bangsa dapat lulus dari lembaga pendidikan mereka dengan menerima dan membawa sertifikat kejujuran.

Marilah kita mulai pertobatan nasional ini dari sekolah kita masing-masing, SEKARANG!!!

Semoga Allah SWT mengabulkan semua niat suci kita dalam mendidik anak-anak bangsa dan membangun negeri tercinta kita ini. Amin.

download via bebasupload

Pengikut