09 September 2009

KUDACIL


KUDACIL

By Agus Budiyanto, S.Pd., M.Pd.



Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Salam sejahtera bagi kita sekalian.

Marhaban ya Ramadhan!!!

Selamat dating bulan suci, kepada kawan-kawan dan saudara-saudaraku umat muslim di seluruh dunia dan dunia lain yang beriman, selamat menjalankan ibadah puasa wajib penuh 30 hari di bulan penuh berkah dan maghfirah ini, semoga dapat menjalankan dengan lancer, sehat, dan diterima serta mendapat pahala yang luar biasa besarnya dari Sang Maha Pencipta, Sang Maha Segalanya.

Kawan-kawan,

Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan di negara kita, negara kaya, negara yang serba bisa, sampai-sampai para koruptor kelas ‘mbahe kakap’ bisa juga lolos dari jeratan hukuman.

KUDACIL, judul yang saya pilih pada kesempatan hari ini. Bukan binatang, bukan, buah-buahan, apalagi soal tumbuhan. Istilah ini beserta kepanjangannya saya dapatkan di Workshop Peningkatan Kompetensi Guru SMP Daerah Terpencil Mata Pelajaran Bahasa Inggris, tanggal 07-10 September 2009 di LPMP Jawa Tengah, Semarang. Dan pagi ini adalah pagi yang sangat menyenangkan bagi sebagian peserta yang sudah’ bernafsu’ ingin menyudahi acara ini, tapi mungkin juga pagi yang disayangkan bagi sebagian kecil peserta yang lain, karena empat hari tiga malam begitu singkat, materi-materi yang diterima dan didiskusikan belum terlalu banyak, masih banyak persoalan bagi sekolah di daerah yang dikategorikan terpencil yang belum ter’explore’. Tipe peserta yang kedua ini menginginkan waktu pelatihan lebih lama, meskipun harus jauh dan terpaksa memendam rasa kangen pada anak istri suami keluarga tercinta di rumah, tetapi demi keselamatan anak-anak bangsa dan bangsa tercinta ini, maka mereka siap mengorbankan apapun. Bukankah ajaran agama menyatakan jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain, itulah sebaik-baiknya manusia.

Kembali ke KUDACIL,

Singkatan sekolahKU diDAerah terpenCIL.

Workshop kali ini diikuti 35 peserta dari 7 kabupaten di wilayah Jawa Tengah. Kami semua adalah guru Bahasa Inggris yang berasal dari sekolah-sekolah di wilayah terpencil, minimal menurut versi LPMP Jawa Tengah, dan betul juga ternyata rata-rata peserta ketika kami saling mencurahkan isi hati menyatakan dan menceritakan tentang keterpencilan kita-kita. Yah pada saat inilah baru kemudian saya melihat dan menyadari langsung bahwa saya dan teman-teman di SMP 6 Wadaslintang memiliki kawan-kawan, pendekar-pendekar bangsa, guru-guru bangsa, yang nyaris senasib dan sepenanggungan.

Tapi yang jelas kami dan sekolah kami masih dalam lingkungan NKRI, meskipun di wilayah terpencil (remote area).

Adapaun materi yang sebenarnya tercantum dalam modul adalah:

1. Kebijakan Depdiknas

2. Standar Nasional Pendidikan

3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

4. Penilaian

5. Silabus

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

7. Pembelajaran Berbantuan ICT

8. Lesson Study


Pada hari keempat ini saya merasakan beberapa hal yang rasanya mengganjal. Awalnya saya berharap ada ‘introducing’ dari tiap-tiap peserta tentang keadaan sekolah masing-masing, menceritakan tentang keterpencilannya, kaitannya dengan tiap-tiap materi, secara maksimal. Memang sebagian sudah dilaksanakan, namun porsinya masih sangat minim.

Hal tersebut sebenarnya bisa meningkatkan rasa kebersamaan, termasuk kebersamaan emosional, menghadapi masa depan pendidikan di Negara kita tercinta, menggugah emosional para peserta sehingga meskipun acara dilaksanakan pada saat sebagian besar peserta berpuasa, menahan haus dan dahaga, menahan amarah dan nafsu, namun mereka powerful dan hopeful. Bukan salah siapa.

Materi yang disampaikan dan para pemateri yang dihadirkan sudah bagus, hanya mungkin beberapa peserta belum terlalu familiar dengan forum-forum ilmiah seperti, sehingga kita-kita kurang bisa memanfaatkan acara tersebut dengan maksimal, sehingga kadang-kadang semuanya asal jalan.

Kami semua terus terang masih berharap banyak kelanjutan dari forum ini, dan kebetulan LPMP juga sudah mengajak kami berdiskusi tentang rencana tindak lanjut.

Semoga ke depan meskipun masih ada daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah pinggiran (margin area), atau apapun istilah atau sebutannya, yang penting semangat semua pihak yang terkait dengan sekolah tetap menyala bahkan membara dalam membangun anak-anak bangsa dan bangsa ini. Dan yang kedua daerah boleh terpencil, tetapi prestasi harus kota, tentunya prestasi kota yang positif.

Semoga kita, para guru siap berjihad, sampai tetes darah dan keringat yang penghabisan membela dan membangun bangsa ini lewat jalur penndidikan. Marilah kita menjadi contoh para profesi yang lain, membangun bangsa ini dengan hati, tanpa korupsi.

Akhirnya terima kasih LPMP Jawa Tengah yang telah memfasilitasi forum ilmiah ini, semoga selalu meningkatkan kualitas pelayanan khususnya materi dan juga akomodasi.

Kami menunggu forum-forum selanjutnya.

Selamat jalan kawan-kawan. Selamat kembali ke daerah terpencil, setelah empat hari tiga malam menghirup udara Allah di kawasan metropolitan Semarang, kota lumpia. Mudah-mudahan tidak alergi karena perubahan suhu dan cuaca. Keluarga tercinta sudah menunggu di rumah.

Semoha Allah memberkati forum kita ini.

Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

download via ziddu

Pengikut